Review Museum Sumpah Pemuda

Woro-woro, pas tanggal 28 Oktober kemarin saya ke Museum Sumpah Pemuda, yang ada di jalan Kramat Raya, No. 106 Jakarta Pusat.

Gampang banget buat yang naik kendaraan umum. Bisa pakai Mikrolet dari terminal Kampung Melayu. Naik transjakarta dari arah Matraman yang menuju Senen. Kalau saya tetap naik commuterline. Turun Stasiun Senen, trus jalan kaki ke arah Kramat, artinya dari atrium Senen kamu ke kiri, jalan aja ga jauh paling 700 meteran. Sebelah hotel Ibis letak Museum Sumpah Pemuda-nya.


Dikarenakan (atau emang lagi) jadi ga kena tiket masuk 👏👏👏 seneng dong. Kalau enggak kena  Rp. 2.000 dan buat anak Rp. 1.000 kalau rombongan lebih murah lagi. Wisatawan asing Rp. 10.000. Karena dapat brosurnya jadi punya no telponnya, 021-3103217 atau 021-3154546. Dan websitenya : www.museumsumpahpemuda.com.

Museum yang satu ini ga horor ya, ga ada kematian atau hal-hal gaib. Tempatnya terang kok. Hahaha, sukanya review yang ngeri-ngeri, padahal ga maksud loh bikin merinding. Dasarnya Museum Sumpah Pemuda ini adalah rumah kos untuk para pemuda di Batavia (Jakarta tempo dulu). Pondokan pelajar ini semula milik Sie Kong Liong dan menjadi tempat perkumpulan Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI), saya nulisnya ga pakai ejaan lama, tanpa maksud mengganti arti 😂






Beberapa tokoh yang pernah tinggal disini antara lain Mohamad Yamin, Amir Sjarifudin, A.K Gani dan Mangaraja Pintor. Dan pada tahun 1928 tepatnya 27-28 Oktober di adakannya Kongres Pemuda kedua yang merupakan kelanjutan dari Kongres Pemuda Pertama di Lapangan Banteng yang saat ini gedungnya menjadi kantor Kalbe Farma 30 April-2 Mei 1926. Pada kongres pertama semua gagasan sudah dibuat, namun pada kongres kedua ini di sepakati Bahasa Indonesia merupakan Bahasa pengantar yang diambil dari bahasa Melayu sebagai bahasa pemersatu. Kongres kedua ini diketuai oleh Sugondo Djojopuspito dengan sekretaris Moeh. Jamin. Di kongres kedua ini juga, WR. Soeparman memperdengarkan lagu Indonesia Raya dengan alunan biola, tanpa teks, karena lagu Indonesia Raya sudah mulai mendarah di hati para pemuda yang mengikuti kongres saat itu.

Kebangkitan Sumpah Pemuda diawali dari keinginan para pemuda yang ada di Indonesia dengan berdirinya organisasi Boedi Oetomo (1908)  dan berdirinya perkumpulan pemuda dari berbagai daerah. Pembentukkan organisasi pemuda ini membina persatuan dari kompetisi olahraga.




Gedung Sumpah Pemuda ini digunakan oleh para pemuda hingga tahun 1934, dan beralih fungsi beberapa kali yaitu sebagai rumah tinggal, toko bunga, hotel dan perkantoran. Dan diambil alih oleh pemerintah untuk dijadikan Museum Sumpah Pemuda ditahun 1973, dan diresmikan oleh Presiden Soeharto di tahun 1974.

Tahun 2013 Bangunan utama Gedung Museum Sumpah Pemuda ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya Peringkat Nasional, melalui keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 254/M/2013 tanggal 27 Desember 2013.

Mungkin tanpa perkumpulan pemuda dimasa itu, kemerdekaan tidak akan terjadi. Pemuda dari masa ke masa mempunyai tanggungjawab tersendiri. Seperti pemuda masa kini yang harus mampu menjadi pejuang baik untuk dirinya, lingkungan maupun negara.

Museum Sumpah Pemuda Recomended, rapi dan tertata baik. Lampu dan pencahayaan bagus. Begitupun pelengkap dari gambar maupun replika apik sehingga memudahkan pengunjung untuk mengerti meski tanpa guide. Tapi saat itu saya bergabung dengan siswa dan siswi dari sekolah dengan guide 😁😁😁

Komentar