Lika Liku Cairin BPJS Ketenagakerjaan

Cerita hidup itu ga selamanya indah. Bukan ga bahagia tapi lebih ke perjuangannya. Selama masih dikasih nafas, diberi kesehatan pastinya lebih dari syukur dengan muka sumringah setelah doa dipagi hari.

Meski bukan pengalaman pertama berjuang, dari berjuang buat sampai kesekolah jaman kecil. Ketika ujian akhir angkot dan sahabat-sahabatnya demo massal karena naik harga BBM, plis ga usah disebut tahunnya yahhh πŸ˜€πŸ˜€πŸ˜€ padahal ga ada yang nanya. Akhirnya jalan kaki sampai sekolah, dan meski kelelahan aku lulus. #begituajadibanggain. Ketika lulus, mau ga mau nyari kerja, dari ga lulus interview, sampai pulang gara-gara kena biaya interview (yang ini mungkin penipuan) trus di bully di kantor, habis kontrak, dan seterusnya sering. Kalau ada yang tidak mengalami harusnya bangga selalu dimudahkan. Kalau banyak yang senasib toss atuhlah.

Sekilas beberapa pengalaman me cairkan BPJS ketenagakerjaan :

Yang pertama, ga dimatikan dari perusahaan, posisi aktif ga bisa dicairin. Padahal perlu banget, kapan juga hidup ga perlu namanya duit, ada solusi loh. Ke cabang pembuka, dengan modal referensi kerja yang telah dikeluarkan dari tempat kerja. Data tambahan yang diperlukan KTP, KK, buku rekening atas nama pribadi dan kartu BPJS dan referensi kerja. Semua copy 1 lembar. Untuk pengurusan kali ini cairnya sekitar 3 minggu.

Yang berikutnya ga sempat ngurus, bingung karena harus online, jadi akhirnya melalui perjuangan lihatin komputer registrasi deh melalui e-klaim. Tata caranya ada di websitenya BPJS. Data berupa KTP, Kartu Keluarga, Kartu BPJS di scan tapi dicompress karena kapasitasnya sumpah mati imut banget, kemudian di aplikasi kamu pilih ya mau di cabang mana. Nanti tanpa antrian sepanjang Jalan Gatot Subroto di Jakarta kamu cuma kasih data berupa fotokopi-an dan tunjukin aslinya. Datang siang juga oke, yang penting sesuai jadwal.

Dan sekarang dalam beberapa minggu ini aku mau cairin BPJS lagi, mau beli gerobak, yah apalah yang bisa buat modal usaha. Halalkan, dan membuat diri produktif 😁 2 mingguan mau pakai e-klaim biar mudah, kaya kids jaman now. Atau dengan asumsi bisa seperti waktu pencairan kedua. Pagi, Siang sampai tengah Malam maafkan, ga konek kalau mau masukin nama, apalagi masukkan data, ga pernah bisa. Pengen nangis, kesel. Akhirnya, nekad ke tempat dulu ngurus e-klaim, ini di BPJS yang sebelah Indosiar, Jakarta Barat, katanya harus dari pagi atau subuh. Bete, manusiawi. Ganti besoknya ke yang deket rumah pagi-pagi, beneran ga subuh. Tapi jam 7 sudah sampai. Kantornya masih tutup tapi pak Security sudah ada. Namun antriannya kaya mau mudik, rame kaya terminal. Tanya dong, ini anteknya dari mana? Kanan apa kiri pak? Karena saat itu kantor BPJS yang di Bekasi merupakan gedung sendiri yang lahannya luas. Bisa bebas dari kiri maupun kanan. Perkiraan kalau parkir mobil dapat 7, belum gang buat jalan mobil ke parkir belakang, bisa untuk ruang antri lagi.  Jam 7.45 berantakan berebutan. Ga dapat nomor. Jam 8 pagi pulang. Kenapa aku pilih di BPJS yang Bekasi, Jl Pramuka, deket sama stasiun, pagi-pagi kan naik ini dan itu macetπŸ˜‚

Masih dengan kekuatan the power of kepepet, besoknya aku jam 6 sampai sana. Sama. Jam 7.45 berantakan. Kalau ga percaya, lihat deh kesana, ga ada bimbingan biar ga berebutan kaya anak taman kanak-kanak berebut permen. Ibu yang udah hamil besar aja nasibnya kena dorong tanpa hasil, apalagi aku yang imut-imut 😘  Dan para petugas yang cantik dan ganteng-ganteng itu cuma jerit-jerit pakai pengeras suara, nomor terbatas, silakan registrasi menggunakan e-klaim. Spontan pada komplain ga bisa, jawabnya santai pengen nyubit pipi yang ganteng itu, dicoba terus sampai bisa 😒 Ada lagi yang bawain laptop, mungkin maksudnya mau menunjukkan betapa susahnya akses web-nya. Kan hoax yah kalau ga contohin langsung, biar jadi saksi betapa susahnya itu. Tapi sayang beribu sayang, petugas nya tidak ada yang dengan ramah membantuπŸ˜ƒ

Jadi pengurusan yang ketiga ini agak penuh drama. Konsultasi sama temen-temen, ada tuh yang ga parah banget, yang di Dipo Businness Center, letaknya sebelah Jakarta Design Center (JDC) Slipi. Jauh dari rumah yang hampir Jakarta coret, alias Jakarta Timur. Naik kereta, transit 2 kali. Ke arah Manggarai, turun di Tanah Abang, kemudian ke Palmerah, kalau Tanah Abang ke Palmerah cuma 1 stasiun. Berhubung yang ojek online-online ga bisa diakses, naik ojek pangkalan aja cuma 15 ribu ga pakai nyasar. Karena emang beneran ga tau tempatnya. Sampai sini 7.15 masih dapat nomor kok. Dan bapak-bapak securitynya langsung kepo kelengkapan data baru dikasih nomor antrian. Data yang diperlukan masih tetap sama KTP, KK, buku tabungan atas nama sendiri, kartu BPJS ketenagakerjaan dan surat referensi kerja (yang menyatakan kita sudah tidak bekerja di perusahaan itu).

Karena posisi masih di Dipo aku foto yah, sebelum ada panggilan dari petugas, namun bapak Security sudah menjalankan aksinya.


Meski bakal nunggu, paling engga naik kelas, dapat no antrian. Entah datanya valid atau engga, kapan cair yang penting perjuangan yakan-yakan πŸ˜€πŸ˜€

Ini hanya catatan buat yang masih mau berjuang buat beli motor atau mobil buat usaha atau gerobak kaya aku. Biar ga sedih dan cari peluang yang mungkin lebih bisa diraih.

Komentar

  1. harus sabar sabar ya pakai seseuatu yang disediakan pemerintah apalagi untuk bpjs kesehatan (mengehela nafas)

    BalasHapus

Posting Komentar