Museum A. Nasution (Anumerta)

    Postingan kali ini dasarnya karena banyak tempat di Jakarta yang dapat dikunjungi dengan mudah, murah dan baik terutama untuk keluarga yang masih memiliki anak usia sekolah dasar.

     Tapi ga nutup kemungkinan buat orang dewasa yang masih aware sama sejarah. Kalau bukan kita yang suka dengan sejarah siapa lagi yang mengerti sejarah. Apalagi sejarah bangsa Indonesia. Seperti kutipan Presiden Soekarno di pidato Hari Pahlawan 10 November 1961 "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya."

    Nantinya bakal dikasih tau buat naik kendaraan umumnya biar bisa relatif murah buat jalan-jalan sama kelurga. Apalagi kalau ke museum, kayanya kalau bukan sekeluarga tapi se-RT pasti lebih seru. Ramenya bareng dan belajarnya bareng-bareng.

    Singkat kata Nasution merupakan salah satu saksi hidup atas kejamnya komunis. Kejadiannya akhir September 1965. Saat itu A.H Nasution menjadi salah satu Jenderal yang menjadi target untuk di lenyapkan oleh PKI. Meski terlepas dari peristiwa berdarah dini hari namun Jenderal Nasution harus kehilangan seorang putrinya yang tertembak anggota Cakrabirawa.

    Sekarang rumah pribadi Jenderal Nasution dijadikan museum A.H Nasution yang berada di Jalan Teuku Umar, Menteng Jakarta Pusat.






    Rumah sederhana yang menjadi saksi kejamnya PKI dibuka untuk umum dari Hari Selasa sampai Minggu. Yang berarti Senin libur. Menampilkan semua perabot orisinil dari keluarga Nasution.


              Ruang kerja Jenderal Nasution



    Jangan kuatir di museum yang dikelola oleh Dinas Sejarah Angkatan Darat ini tidak dikenakan biaya. Alias free. Yang penting tidak boleh makan dan minum serta mengambil atau memegang barang yang berada di dalam ruangan. Wajar ya, kan sudah lama. Dipegang nanti rusak ☺

    Berikutnya kita menuju beberapa ruangan seperti ruang tidur Jenderal Nasution, serta ruang makannya.



Kamar pribadi Jenderal Nasution




Kamar Ade Irma




  Ade Irma bersama Kapten Pierre Tendean



    Sedikit cerita Jenderal Abdul Haris Nasution bukan hanya kehilangan seorang anak bungsunya yang berusia lima tahun namun juga seorang ajudannya yang bernama Kapten Pierre Tendean yang lahir 21 Februari 1939. Saat itu anggota Cakrabirawa yang tak mengenal Jenderal Nasution percaya saja dengan pengakuan Tendean yang mengaku sebagai Nasution. Dan langsung digiring masuk kedalam truk yang sudah menunggu di depan rumah. 


    Untuk jasanya tersebut Pierre Tendean mendapat kenaikan pangkat menjadi Kapten dan anumerta sebagai keheroikannya dalam melindungi Nasution.


    Di dalam museum tersebut terdapat pula alur masuknya Cakrabirawa yang dibentuk seperti sesungguhnya. Sehingga cukup mengagetkan. Tapi, lupa di abadikan. Karena semua foto yang saya lampirkan merupakan dokumen pribadi ketika mengunjungi museum tersebut beberapa hari yang lalu.



Beberapa koleksi pedang Jenderal Nasution




Ruang keluarga dimana Cakrabirawa mengancam Ibu Nasution



    Saat itu Ibu Nasution memaksa menelpon hendak menanyakan kebenaran apakah memang Presiden Soekarno benar meminta Jenderal Nasution untuk menemuinya. Dengan menggendong Ade Irma yang telah tertembak di bagian punggungnya.


    Tempat bersejarah ini membuka momen tragedi G30S/PKI yang membuat banyak perubahan di bumi Indonesia. Buat yang saat sekolah, di tiap tanggal 30 September diminta sama Bapak atau Ibu guru menontonnya, pasti masih ada bekas yang terasa (ketahuan umur kayaknya) karena sejak jaman reformasi tahun 1998 tayangan yang banyak mengandung adegan kekerasan itu sudah di stop.


    Sebuah perubahan pastinya banyak yang terluka dan memakan korban orang yang tak mengerti seperti halnya seorang anak suci seperti Ade Irma. Namun seorang pahlawan tak pernah menghitung berapa banyak yang telah ia berikan pada bangsa ini. 


    Satu lagi yang menjadi korban dan berada di sekitar rumah A.H Nasution adalah ajudan Wakil Perdana Menteri Dr. J. Leimena yang saat itu sedang bertugas pagi. AIP Karel Satsuit Tubun yang lahir di Maluku Tenggara pada tanggal 14 Oktober 1928 tertembak Cakrabirawa dan di bawa serta di dalam truk yang ditemukan dalam lubang sumur di daerah lubang buaya, Jakarta Timur.


    Siapa yang mau berkunjung ke Museum Jenderal A.H Nasution datanglah di jam 08.00 hingga jam 15.00.


    Kalau mau berkunjung ke museum Pahlawan Revolusi lainnya bisa ke Museum Jenderal Ahmad Yani yang jaraknya tak begitu jauh dari Jalan Teuku Umar https://karinprasetyaningtyas.blogspot.co.id/2017/04/museum-jenderal-ahmad-yani-anumerta.html?m=0


Belajar itu dimana saja, bersama teman atau keluarga pastinya lebih indah.



Komentar