Ayahku ya Sahabatku

Ketika saya masih kecil laki-laki yang paling ganteng dirumah ga lain dan tak bukan adalah ayahku. Keluarga kecil kami hanya 4 orang. Papa, mama, aku dan adik perempuanku. Semuanya perempuan kecuali ya ayahku. Belajar buat gambar yang lucu lagi parah ya juga sama si ayah. Buat gunung, diwarnai pakai kapur warna biru, setelah itu buat jemuran yang isinya baju bayi, baju ibu-ibu berikut pakaian dalamnya, trus baju bapak-bapak. Cuma bisa senyum-senyum kalau inget si ayah paling bisa ngajarin yang ga penting itu.

Yang saya ingat berikutnya adalah buat mobil-mobilan dari kulit jeruk bali. Lucu. Bagus. Buat Pot dari pipa paralon untuk tugas keterampilan sekolah juga hasil karya si ayah. Kalau malam minggu ayah ada dirumah kita naik becak ke pasar perumnas buat makan nasi uduk atau ayam bakar bandung.

Sampai akhirnya si ayah terlalu fokus dengan kerjaannya, liburan sederhanapun mulai berkurang, jarang dan akhirnya tak pernah. Selesai sekolah menangah baru si ayah sedikit sadar, anaknya mau kuliah. Belum ada planing, ga ada tujuan. Yang berujung yang penting kuliah. Dan babak baru dimulai, dengan banyak komunikasi karena kuliahnya jauh. Si ayah ga tau tempatnya, cuma tau namanya. Hehe... Karena memang si ayah tugasnya jauh dari rumah, jadi cuma bisa pakai sinyal telepon. 

Mau skripsi barulah si ayah menyadari aku udah gede, tapi si ayah merasa anaknya masih kecil, jadi sidang di tungguin. Artinya ditungguin, dia cuti untuk di Jakarta selama 2 hari. Lulus juga ayah yang tau pertama, bukan si ibu. Karena kampus yang jauh, ibu ga angkat teleponnya, hihiiiii.... 

Masuklah dunia baru. Dunia kerja, si ibu tenang-tenang aja, karena aku sudah suka magang, tapi si ayah kuatir, yang jauhlah. Yang harus pulang malamlah. Setiap dia masuk Jakarta pasti ayah jemput aku. Ngajakin makan di sekitaran kantor.

Ketika aku terlanjur sedih karena patah hati, ayah yang paling cuek. Merasa hanya karena belum saatnya ada laki-laki yang akan menjadi pendamping hidupku. Ketika aku bilang menikah si ayah masih tenang dengan gayanya. Sampai aku telah cuti melahirkan beliau baru ngobrol panjang lebar sama my hubby.

Saatnya melahirkan bolak-balik telpon minta kabar, padahal ibu masih menemani aku. Hore, anaknya ayah sudah besar, mau jadi bunda. Besoknya ayah baru sampai Jakarta, bangga kalau cucu pertamanya sudah menangis di dunia. 

Sekarang kalau anakku ini kenaikan sekolah yang sibuk ya opa-nya, sepatu baru sampai penggarisan. Padahal tidak juara kelas, tapi ya si opa tetap bangga sama cucu pertamanya yang super jahil. 

Banyak pelajaran yang aku dapat dari mental papa yang cuek, ga ada yang sulit kalau kita masih belajar untuk maju. Ayah juga yang selalu tenang dengan apapun. Sikap tenangnya yang bikin kita ga pernah merasa khawatir tentang apapun.

Hari ini hari ulang tahun ayah yang ke-63, masih aktif bekerja, masih juga suka ngebut. Semoga ayah diberi umur panjang, sehat selalu. Dan tadi pagi ayah sudah telpon aku, cuma mau bilang "Hari ini papa ulang tahun loh." hehe.... "Saya masih tidur pa." jawabku sambil kucek-kucek mata.  Sifat ga basa basi itu yang buat kita berani mengungkapkan semua keinginan untuk berkembang, untuk menyampaikan kehendak kepada siapapun.

Happy birthday papa.....

Komentar