* Prangko *

Pernah tulis surat, pasti pernah dong. Mungkin waktu Sekolah Dasar atau Taman Kanak-kanak, kita di bawa sama miss-miss yang baik-baik itu ke kantor pos, untuk kirim surat kepada Kakek di kampung atau kepada ayah dan bunda untuk mengucapkan selamat natal dan tahun baru atau selamat hari idul fitri. Terus, terus, itu surat di kasih prangko, ya waktu kita kecil mungkin senilai Rp. 250 atau Rp. 300, udah bisa kirim surat. Kalau sekarang mungkin udah sekitar Rp. 3000 sampai dengan Rp. 4000. Udah sampai kealamat tujuan. Kalau saya mungkin (pengalaman pribadi) buat ikut undian yang PO BOX itu jadi masih aja kompakan sama ibu atau bapak di kantor pos dan kenalan sama prangko-prangko.


Ternyata filateli itu sudah ada dari jaman oma saya. Lihat aja koleksi si oma Netherland indie, atau prangko china, hmmm... ada banyak dan berantakan, karena albumnya dimakan serangga. 


 



Kalau koleksi punya mama masih manis di dalam album, yang ngerti ya dari tahun 1971. Hehe, udah lama dan saya belum munul didunia fana ini. Mari kita lihat ada beberapa koleksi yang sempat difoto alias diabadikan.




Kalau yang ini masuknya koleksi super kece, karena memang seperti buku (hanya untuk koleksi) tidak digunakan untuk mengirim surat. Prangko yang lepas persis seperti ini juga saya ada.








Sekarang giliran punya saya yang semua serinya jauh dari kata lengkap, berikut beberapa gambarnya.



Waktu jaman kuliah sampai sekarang kan sudah tidak musim namanya surat-suratan, jadilah prangko Presiden BJ Habibie, Presiden Megawati, Bapak Gusdur, tidak punya walau hanya satu buah. Artinya karena kelalaian satu jaman terlewatkan.


Untuk yang mau lihat lainnya mungkin bisa juga cek di Facebook ya, tapi kualitas fotonya amat sangat manual, di album koleksi prangko.


Terimakasih untuk yang sudah menyempatkan diri mengakses suatu tulisan yang amat sangat biasa saja.


Salam Sejahtera,

Karin


Komentar